Senin, 27 Desember 2010

KISAH PUPUTAN MARGARANA

ALKISAH puputan, margarana cuuuyyyy.....
wajib di baca....



Pada Tanggal 20 November 1946 terjadilah pertempuran habis-habisan antara pasukan pejuang Republik Indonesia melawan kaum penjajah Belanda,di Banjar Kelaci, Desa Marga di bawah pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Pertempuran ini terkenal dengan nama Perang Puputan Margarana.

I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya gugur didalam pertempuran tersebut dan seluruh abu jenazah para pahlawan bangsa ini dimakamkan di sini, yang terletak kurang lebih 25 km dari Denpasar atau kurang lebih 10 km dari kota Tabanan.

Di Candi Pahlawan ini kita dapat menyaksikan beberapa tulisan yang merupakan surat dari I Gusti Ngurah Rai bersama seluruh anggota pasukannya yang terkenal dengan sebutan CIUNG WANARA tidak akan mau berkompromi atau menyerah kepada penjajah.

Perjalanan kali ini kita akan mengenal objek sejarah dan juga tempat wisata di kabupaten Tabanan, yaitu Puputan Margarana. Perjalanan kurang lebih 20 menit dari pusat kota Tabanan dan 1 jam dari Kuta.

Hari itu hari minggu, hari libur dan kami ingin sekali mengetahui seberapa besar animo terutama anak-anak muda untuk berkunjung ke objek peninggalan sejarah penting ini. Dan…ternyata belum banyak juga, tapi syukur masih ada beberapa yang terlihat.

Sebelum memasuki tempat ini, di depannya tertera nama-nama prajurit yang gugur dalam perjuangan bersama I Gusti Ngurah Rai. Pasukan pendukung Gusti Ngurah Rai dikenal dengan nama “Ciung Wanara”.Totalnya kurang lebih 1372 dan pejuangnya berasal dari seantero Bali.

Beliau memiliki pasukan yang bernama “Ciung Wenara” melakukan
pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana.
(Puputan, dalam bahasa bali, berarti “habis-habisan”, sedangkan
Margarana berarti “Pertempuran di Marga”; Marga adalah sebuah desa
ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali)

Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan
Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di
Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga,
Tabanan. Detil perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat
disimak dari beberapa buku, seperti “Bergerilya Bersama Ngurah Rai”
(Denpasar: BP, 1994) kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti
Bagus Meraku Tirtayasa peraih “Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993″,
buku “Orang-orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan
Nasional Brigjen TNI (anumerta) I Gusti Ngurah Rai” (Denpasar: Upada
Sastra, 1995), atau buku “Puputan Margarana Tanggal 20 Nopember 1946″
yang disusun oleh Wayan Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990).

Memasuki kawasan ini, kita akan melihat monument lengkap dengan photo pahlawan nasional ini. Di sebelah photo tertera surat dari Gusti Ngurah Rai yang ditujukan kepada Belanda (Nica) bahwa kemerdekaan adalah hak warga Indonesia dan kehadiran Belanda dan sekutu hanya menyebabkan penderitaan rakyat. Beliau juga menolak untuk berunding karena menyerahkan sepenuhnya kepada pimpinan di Jawa.

Ke dalam lagi, kita akan disuguhkan dengan sesuatu yang menarik. Ribuan nisan-nisan kecil lengkap dengan nama-nama yang gugur berjejer rapi. Jumlahnya juga persis seperti yang dilihat di depan tadi.

Ada juga perpustakaan yang menampilkan photo-photo dan kisah-kisah perjalanan dan perjuangan Gusti Ngurah Rai juga.

Untuk menghormati jasa-jasa beliau, nama I Gusti Ngurah Rai kemudian diabadikan menjadi nama airport satu-satunya di Bali dan juga jalan utama di Bali.

So, bagi yang tertarik untuk mengunjungi objek peninggalan sejarah tempat dimakamkannya pahlawan nasional Gusti Ngurah Rai, bisa datang ke tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar